PERGINYA
Alunan nada itu menyambutku datang
Semakin kudekati, semakin menggema
Berbaring sunyi dalam alunan
Ditemani
Kudekati
Kubantu mereka yang ku mampu
Alunan itu lebih menggema
Melihatmu tak berdaya
Lemas
Lelah bernafas
Tapi terlelap
Lelap bak bayi
Kunyanyikan alunan itu
bersama kerumunan
Angin membawa alunan itu padamu
Tapi, tangislah yang kulihat
Menetes...
Satu demi satu
Kupikir itulah kepedihan
Kubisikan angin di telinamu
Hatimu pun berkata
Walau bibirmy kelu
Nafasmu lama
dan akhirnya berhenti
Diam
Alunan itu berhenti
Digantikan sedu-sedan air
Kutatap kau terakhir kali
Diselimuti kain menutupi kedinginan
Tapi...
Hangatlah yang tersentuh
Kuharap kau kembali
dan itu hanya sebuah harapan kosong
Ku tak berdaya
Kapas berhembus masuk
Hidung...
Telinga...
Mata dan bibirmu tutup
Tangisan berbicara
di telepon
Memberi kabar padanya
Matahari tak berani melihat
Ia bersembunyi
di balik hitam
Suara nyaring
Sambaran seberkas cahaya terang
menghujam
Sedikit demi sedikit
sore itu ditemani rintikan dua air
Menemani kepergian
yang melahirkanku
-ditulisdisoreyangkelamditemani♪TheScript-Breakevendansecangkirteh
No comments:
Post a Comment