Saturday, 26 March 2011

That Day My Life Begins

Sudah beberapa hari ini keadaan Mama semakin memburuk. Makanan dan minuman pun sudah tidak mau ditelannya. Biasanya, cara Mama untuk tidur adalah dengan duduk tegak, punggungnya diganjal oleh bantal. Tetapi, belakangan ini setiap ia tidur selalu menunduk. Kepalanya saja sampai ke kasur. Aku, kakak-kakak, tante dan pembantu pun ikut membantu agar Mama bisa duduk dengan tegak dan bisa makan serta minum. Tapi, setiap diduduk-tegakkan, ia selalu menunduk. Apabila dipegang kepalanya, acapkali berontak. Minum pun harus dipaksa masuk, tenggorokannya sangat, begitupula mulutnya.

Waktu hari Rabu, saat ku pulang ada orang yang sedang mengaji.
Waktu hari Rabu, keadaan Mama sudah gawat.
Waktu hari Rabu, Kak Troy berkata bahwa aku bilang pada Mama, aku ikhlas bila Mama pergi.
Waktu hari Rabu, Bi Omih menyuruhku pulang cepat karena keadaan Mama.
Waktu hari Rabu, Kak Rainier menangis sewaktu disuruh pulang cepat karena keadaan Mama.
Waktu hari Rabu, semua orang yang ada di rumah berdoa untuk Mama.
Waktu hari Rabu, semua orang menangis.
Waktu hari Rabu, semua orang tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Waktu hari Rabu, semua orang berdoa agar Mama diberi kelancaran pada saatnya.
Waktu hari Rabu, Mama kebingunan kenapa semua orang bertingkah sangat aneh.
Waktu hari Rabu, hampir seluruh tubuh Mama mulai mendingin.
Waktu hari Rabu, aku hanya bisa berdoa agar Mama diberi kemudahan. Karena Mama seperti tersiksa.

Esoknya, aku pergi sekolah seperti hari biasanya. Tidak ada sesuatu yang aneh. Hariku berjalan seperti biasanya. Tetapi, sewaktu pulang mulai banyak orang berdatangan menuju rumah. Mungkin mereka memiliki suatu firasat, atau mungkin seseorang telah memeberi tahunya bahwa keadaan Mama mulai gawat.

Menjelang sore, langit berubah keabu-abuan. Angin berhembus cukup kencang. Mama menutup matanya dan bernafas kewalahan. Kaki dan tangannya terasa dingin tersentuh. Kain tebal berwarna merah menyelimuti kakinya agar tetap hangat. Tapi, sia-sia.

Keluargaku dan ustadz mengumandangkan lafaz Illahi pada telinganya. Lafaz itu membuatnya tenang bagai bayi yang dinyanyikan lagu tidur. Walaupun kami berlinang air mata, kami tetap melafazkan. Pada akhirnya, di sore hari yang tenang itu, Mama menutup mata untuk selamanya. Kami menangis, tetapi mencoba kuat. Mengabari sanak saudara serta teman dan kolega. Mencoba untuk menghentikan air itu, dan mencoba untuk tetap tersenyum.

Setelah 20 menit aku tersedu-sedan, aku berhenti. Aku tersenyum melihatnya, melihatnya tidur dengan tenang. Aku berpikir bahwa ia bahagia telah terlepas dari penyakitnya.Aku berpikir bahwa ia bahagia telah berada di sisi-Nya. Apapun yang terjadi, aku tidak akan menangisi kepergiannya. Karena sebenarnya, ia bahagia.

Dearest Mom,
Mrs. Dra. Wisnu Dewi Roy H. Trisnamurti binti Moh. Su'eb Raksapradja
Born in Bandung, 22nd of November 1952
Died at age of 58, 24th of March 2011 on 04.15 pm

Even you were in pain, you were still concern about alms. You were still praying to Allah swt.
I ADORE YOU and i will always  you

My REAL life begins that day.
Mom, Dad. Even you're gone, I'm gonna remember you as the HEROES of my life.
You fought for you lives even there was no way, you could get out from your pains.

Sunday, 6 March 2011

Lutunaaaaaa! ƪ(♥⌣♥)ʃ

Tadi gue baru aja baca artikel di salah satu koran berlangganan. Menarik banget sih itu artikelnya. Iseng-iseng gue baca, dan gue buka link yang ada di situ.

Jadi, itu tuh ngirim-ngirim kartu ke orang lain via KartuMuu.com bisa kirim lewat Twitter, Facebook atau e-mail loh! Gambarnya juga lucu-lucu deh ƪ˘)ʃ

Mau tau kayak apa? Coba aja langsung ke KartuMuu.com, okay?